Implementasi Pelaksanaan Sentralisasi Obat Di Ruang Penyakit Dalam Non Infeksius (Teratai) Rumah Sakit X Gempol Pasuruan
Abstract
Sentralisasi obat sebagai proses pengelolaan obat yang dilakukan dari satu lokasi terpusat, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam distribusi obat kepada pasien. Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dan observasi pada perawat palaksana dan kepala ruangan serta observasi langsung pada lembar pengobatan pasien. Perawat ruangan Ruang Penyakit Dalam Non Infeksius (Teratai) Rumah Sakit X Gempol Pasuruan didapatkan hasil 100% mengerti dengan sentralisasi obat. Hasil dengan nilai form sentralisasi obat sudah hampir terisi penuh pada semua pasien kelolaan didapatkan hasil meliputi tepat identitas pasien (60%) sudah dilakukan namun dengan ditanyakan langsung tanpa melihat gelang identitas pasien. Berdasarkan hasil tabulasi data dapat disimpukan bahwa perawat menulis diagnosa pada lembar sentralisasi obat sebesar 100%. Pada tanda tangan farmasi dan tanda tangan perawat dilakukan keseluruhan 100%, sedangkan tanda tangan pasien sebesar 90% dilakukan. Ruangan teratai berada pada kuadran 1 (Strategi Agresif), yang berarti ruangan teratai menghadapi situasi yang sangat menguntungkan, dimana rumah sakit X memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Peneliti mendapatkan temuan terkait program mutu sentralisasi obat belum menjadi kebiasaan pada perawat pelaksana, maka peneliti merencanakan untuk meriview kembali apakah dilakukan dapat mempermudah beban kerja perawat dalam kegiatan tatalaksana, serta melakukan monitoring kepatuhan terhadap prosedur. Sedangkan temuan yang kedua didapatkan, tidak dilakukan cek gelang pasien saat pemberian obat pasien, maka peneliti merencanakan untuk melakukan sentralisasi obat sesuai dengan SOP yang ada di rumah sakit, mensosialisasikan mengenai SKP ke-1 yakni prinsip 6T pada sentralisasi obat, serta melakukan supervisi kepada semua perawat ruangan teratai. Dan temuan ketiga terkait belum adanya tenaga farmasi yang ditugaskan diruangan teratai untuk menghandle obat, maka dari itu peneliti merencanakan untuk mengusulkan kepada kepala ruangan untuk meninjau ulang dari alur penerimaan obat pasien dari ruangan obat (farmasi) ke ruangan teratai , lalu mengusulkan kepada kepala ruangan untuk penataan kinerja perawat.