ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI RSUD BANGIL PASURUAN
Date
2022-09-22Author
Pamudji, Wahyu Eko
Rahmawati, Ima
Wahyuni, Lutfi
Metadata
Show full item recordAbstract
Abstrak
Menurut WHO, organisasi stroke dunia mencatat hampir 85% orang yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini. Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (Nabyl R.A, 2012). Prevalensi stroke secara nasional pada tahun 2018 di seluruh dunia adalah 13,7 juta kematian terjadi akibat penyakit stroke (Ilmiah, 2018). Dibandingkan dengan negara berpenghasilan tinggi, stroke menjadi masalah besar di negara-negara berpenghasilan rendah. Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.536.685 orang. Stroke non hemoragik memiliki prevalensi tertinggi, yaitu 88% dari semua stroke dan 12% adalah stroke hemoragik (Marsh & Keyrouz, 2010). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdes) indonesia tahun 2017 menunjukan bahwa angka kejadian stroke di Indonesia sebesar 6% atau 8,3 per 1000 penduduk. Pravelensi tertinggi di Jawa Timur berdasarkan wawancara (bedasarkan jawaban responden yang pernah didiagnosis nakes dan gejala) juga meningkat dari 7,0 ‰ pada tahun 2013 menjadi 10,9 ‰ pada tahun 2018 (Riskesdes, 2018). Angka kecacatan akibat stroke pada umumnya lebih tinggi daripada angka kematian, dengan perbandingan 4:1 antara angka kecacatan dan angka kematian (Murtaqib, 2013). Dari hasil studi pendahuluan pravelensi jumlah kasus stroke non hemoragik dari data RSUD Bangil Pasuruan pada tahun 2021 dari bulan Januari sampai Januari 2022 didapat 224 pasien dan mengalami gangguan hambatan mobilitas fisik, sehingga perlu menjalani pengobatan di RSUD Bangil Pasuruan.Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang bertujuan agar penelitian dapat dilakukan secara efektif dan efisien (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah keperawatan dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa , aktivitas atau individu (Tri, 2015). Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dengan masalah hambatan mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik di RSUD Bangil Pasuruan. Menurut peneliti hasil penelitian ini menunjukkan bahwa evaluasi yang dilakukan peneliti sesuai dengan hasil implementasi yang telah dilakukan dan respon yang diberikan keluarga dan pasien. Hasil evaluasi menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta dilapangan. Tidak ada perbedaan yang terjadi pada pasien saat peneliti melakukan evaluasi hanya terdapat perbedaan pada hasil TTV. Pada tahap evaluasi ini peneliti memberikan health education pada partisipan dan keluarga untuk dapat melakukan perawtan pada penderita stroke dengan cara melakukan latihan ROM dan diet pada penderita stroke. Asuhan Keperawatan pada pasien stroke dengan masalah hambatan mobilitas fisik yang diperoleh berdasarkan hasil pengkajian dan pembahasan sebagai berikut : 1. Dari hasil pengkajian gejala klinis pada pasen dengan Studi Kasus Stroke Non Hemoragik dengan masalah Hambatan Mobilitas Fisik di RSUD Bangil Pasuruan. 2. Diagnose keperawatan yang ada di teori dapat ditemukan pada kasus nyata yaitu Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan dan musculoskeletal. 3. Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien yaitu pertahanan body aligment dan posisi yang nyaman, menganjurkan pasien latihan rentang gerak, melakukan latihan aktif maupun pasif, melakukan fisioterapi dada dan postural, meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransi. 4. Implementasi pada kasus hambatan mobilitas fisik, yaitu peneliti menganjurkan pasien untuk merubah posisi yang nyaman, menganjurkan pasien latihan rentan gerak, melakukan latihan aktif maupun pasif, meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransi. 5. Evaluasi dari masalah yang dialami pasien yaitu menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta dilapangan. Tidak ada perbedaan yang terjadi pada pasien saat peneliti melakukan evaluasi hanya terdapat perbedaan pada hasil TTV. Pada tahap evaluasi ini peneliti memberikan health education pada partisipan dan keluarga untuk dapat melakukan perawtan pada penderita stroke dengan cara melakukan latihan ROM dan diet pada penderita stroke.
Kata Kunci : asuhan keperawatan ,stroke non hemoragik