ANALISIS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING DI RUANG PERAWATAN ANAK PUSKESMAS JETIS KABUPATEN MOJOKERTO
Abstract
Discharge planning merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan, namun pelaksanaannya seringkali tidak berjalan efektif. Ketidakefektifan discharge planning berupa edukasi yang tidak terdokumentasi, kurang koordinasi antar tim kesehatan, dan tidak ada tindak lanjut setelah pasien pulang. Hal ini disebabkan kurangnya pelatihan perawat, tingginya beban kerja, belum adanya SOP yang baku, serta rendahnya keterlibatan keluarga dalam proses edukasi. Dampak dari kondisi ini dapat meningkatkan angka kunjungan ulang atau rawat ulang, kesalahan penggunaan obat, ketidaksiapan keluarga dalam merawat pasien. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan di Ruang Perawatan Anak Puskesmas Jetis Kabupaten Mojokerto pada tahun 2025. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi terhadap 13 perawat yang bertugas di ruang perawatan anak. Analisis data dilakukan dengan metode analisis SWOT untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam penerapan discharge planning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perawat (53,8%) berada pada usia produktif di bawah 35 tahun, seluruhnya berjenis kelamin perempuan, sebagian besar berlatar belakang pendidikan DIII Keperawatan, dan memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun. Sebanyak 84,6% perawat belum pernah mengikuti pelatihan discharge planning. Implementasi discharge planning telah berjalan cukup baik dengan ketersediaan SOP, namun belum didukung oleh supervisi dan monitoring yang optimal. Analisis SWOT menunjukkan posisi Ruang Perawatan Anak Puskesmas Jetis berada pada Kuadran I (Strengths-Opportunities), sehingga strategi agresif dapat diterapkan untuk meningkatkan implementasi discharge planning. Implementasi discharge planning di Ruang Perawatan Anak Puskesmas Jetis tergolong cukup baik, namun masih memerlukan peningkatan, terutama dalam aspek pelatihan perawat, supervisi, dan pemanfaatan teknologi. Strategi peningkatan berupa pelatihan berjenjang, digitalisasi sistem discharge planning, dan pengembangan media edukasi berbasis teknologi perlu diterapkan untuk meningkatkan mutu discharge planning serta kesiapan keluarga dalam perawatan lanjutan di rumah