dc.description.abstract | Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah suatu kondisi di mana
asam lambung refluks berulang kali ke kerongkongan atau suatu kondisi di mana
isi lambung naik ke kerongkongan sehingga mengalami regurgitasi asam yang
menyebabkan gejala seperti hipersalivasi, sering bersendawa, mual, mulas.
Prevalensi GERD di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 40,8% dengan 274396
kasus dari 238.452.952 orang di Jawa Timur mencapai 31,2% dengan total 30.154
insiden. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola
makan dengan terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada
mahasiswa tingkat akhir Universitas Bina Sehat, Ppni, Kabupaten Mojokerto.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode analisis korelasional. Jumlah penduduk dalam penelitian ini adalah
seluruh Mahasiswa Tahun Akhir Universitas Bina Sehat PPNI Kabupaten
Mojokerto sebanyak 157 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah accidental sampling, menggunakan kuesioner Food Frequency Questionare
(FFQ). Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan link formulir kuesioner
google kepada responden yang bersedia menjadi sampel dan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan, baik kriteria inklusi maupun eksklusi. Pada penelitian ini,
jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 113 responden. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami GERD, 74
responden (65,5%) dengan 65 orang memiliki pola makan yang buruk dan hampir
setengah responden tidak mengalami GERD, 39 responden (34,5%). Berdasarkan
hasil uji statistik rho spearman, hasil p-value nila 0,01 < 0,05 dengan r:0,719
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara diet dengan terjadinya
GERD pada mahasiswa tingkat akhir Universitas Bina Sehat, PPNI, Kabupaten
Mojokerto secara statistik. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa sebanyak
65,5% pasien yang menjalani diet kurang berisiko mengalami GERD dan terkena
stres. | en_US |